chat box


ShoutMix chat widget

Wednesday, March 24, 2010

Kehilangan seorang anak (Kegilaan bagi seorang ibu)... Memoar of Rico Agarizki Ekoputro, my beloved 1st son..

Ini adalah tulisan ulang dari notes di facebook saya, bulan Maret setahun yang lalu.. ketika saya mengingat bahwa saya telah ditinggalkan selama 7 tahun oleh malaikat kecil saya, Mas Aga sayang.. Ingin saya ceritakan kembali di blog saya sebagai dokumentasi pengalaman dan perjalanan hidup saya.


foto: Mas Aga di umur 1 tahun 5 bulan,.. medio pertengahan 2001

Anak pertama saya namanya Aga sudah hampir berusia 2 th ketika dia tiba2x terserang diare. Awalnya saya dan papahnya cuma menyangka ini cuma diare biasa. Siang dia mulai diare, sorenya kita bawa ke dokter langganan di sebuah rumah sakit ibu-anak di daerah Bekasi. Waktu itu kita gak ketemu dengan dokter anak langganan, jadi kita memakai dokter anak lain yang berpraktek hari itu. Dokter itu bilang, Aga diare biasa.. diberi obat, disuruh minum oralit yang banyak.. dan kitapun pulang ke rumah.

Besoknya.. Aga masih tambah terlihat pucat dan diarenya juga tak kunjung berhenti. Sepanjang malam dia rewel gak bisa tidur nyenyak. Saya waktu itu sudah agak was-was dengan keadaannya. Sorenya di hari ke-2 kita balik lagi ke dokter di rumah sakit yang sama seperti kemarin. Kali ini kita bertemu dokter langganan yang memang jadwalnya praktek di hari itu. Oleh sang dokter.. obat-obat yang kemaren diresepkan rekan sejawatnya diinstruksikan untuk stop minum, diganti dengan resepnya. Saat itu gak ada komentar apa-apa dari sang dokter, menyuruh Aga diopname atau gimana.. GAK! Dan saat itu saya memang masih baru-barunya jadi ibu, jadi yaa... masih bodoh juga kenapa khok ya gak kepikiran minta dirawat.

Singkat cerita kita pulang, malemnya Aga sudah bisa tidur nyenyak sampai besoknya di hari ke-3 dia masih pulas tertidur walau masih diare. Seharian dia tidur, males kalau disuruh bangun buat makan dan minumpun rasanya matanya berat buat membuka. Sampai menjelang maghrib, waktu saya ingin mengganti diapernya yang tadi-tadinya masih penuh dengan diarenya, saya terkesima.. Kenapa bukan diare lagi yang keluar dari duburnya?
Warna pupnya sudah hitam seperti ter. Pertama sampai saya cium-cium dan gak ada bau-bau diare sama sekali. Walau sudah panik, tapi berusaha menenangkan diri. Sampai waktu sudah jam 8 malem, ketika mau mengganti diapernya lagi.. warna pup yang hitam gelap seperti ter itu sudah berganti dengan merah kecoklatan. Kembali saya cium-cium diaper itu bergantian dengan ayahnya.. dan kita sampai pada satu kesimpulan bahwa itu adalah bau darah.

Paniklah kita semua pada waktu itu.. Aga langsung kita larikan ke rumah sakit langganan itu, langsung masuk ruang UGD.. dan ternyata begitu dibuka diapernya, darah sudah keluar gak berhenti dari duburnya. Sampai si dokter jaga (waktu itu sudah hampir tengah malam) menyarankan untuk transfusi darah segera. Dan ketika itu, Aga cuma bisa menggumam "mama..mama". Ketika jarum mau ditusukkan ke tubuhnya pun susah sekali karena venanya sudah melemah dan susah didapat. Ternyata.. anakku itu memang sudah kehilangan kesadarannya dari siang tadi... Ya Allahh!!!

Lama juga kita di UGD rumah sakit itu sampai dokter jaga tiba pada satu kesimpulan, Aga gak bisa dirawat di situ, karena keterbatasan prasarana dan alat-alat. Segera kita dilarikan ke RS Harapan Kita dengan ambulance.. untungnya waktu itu sudah jam 2 pagi jadi gak macet, karena anak saya sudah bener-bener gak sadar. Berpacu dengan waktu, tibalah kita di RS Harapan Kita.. dari keluar ambulance, anak saya cuma dibopong sama ayahnya.. yang namanya darah berceceran di mana-mana. Begitu ditangani oleh petugas medis, saya dan ayahnya langsung diusir dan menunggu di luar. Hampir 2 jam kita nunggu dengan rasa deg-degan yang begitu hebat, dan ketika sudah diperbolehkan masuk.. rasanya saya sudah mau pingsan. Melihat tubuh anak saya sudah dimasuki beberapa jarum, dimasuki kateter, dimasuki alat bantu pacu jantung (ventilator) dan badannya polos gak pake apa-apa. Rasanya saat itu saya pengen jerit sekenceng-kencengnya... tapi berusaha tegar mendengarkan penjelasan dokter kalo Aga belum ketahuan sakit apa saat itu. Mereka harus mengobservasi terus keadaan Aga, makanya Aga harus segera masuk ICU karena bisa dikatakan saat itu dia memang sudah koma.

Ya Allah.. apa yang harus saya perbuat? Sekujur tubuh rasanya lemas, pengen nangis tapi malah tersumbat di tenggorokan. Subuh menjelang, saya langsung sholat bersimpuh di hadapanNya di musholla RS.

Singkat cerita.. anak saya, Aga setelah dilaparoskopi mengalami penggerusan dinding lambung dan usus besarnya.. hingga mengakibatkan dari duburnya keluar darah berkepanjangan seperti itu. Hampir seminggu darah masih terus keluar dari duburnya.. dan selama itu pula kita masih dibuat was-was dengan kabar yang bisa tiba-tiba berubah. Tapi setelah seminggu, darah itu sudah gak keluar lagi. Tapi saya belum bisa tersenyum karena Aga masih tergolek gak berdaya, dia masih koma, jarum suntik infusnya sudah gak bisa dihitung lagi saking banyaknya, ventilator masih terpasang, sonde masih terpasang di hidungnya, gak ada respon apa-apa dari aga kalo saya panggil, badannya berangsur-angsur mulai kaku dan mengeras.

Selama sebulan Aga koma di ICU RS Harapan Kita. Setiap waktu saya selalu menangis di sampingnya, berbisik di telinganya "mas.. jangan tinggalin mamah ya.. gimana mama hidup tanpa mas aga" kata2x itu selalu yang saya ulang-ulang terus menerus di telinganya. Sampai akhirnya kira-kira sebulan setelah dia koma, dia mulai siuman.. ventilator sudah bisa dilepas yang menandakan bahwa jantungnya bisa bekerja tanpa alat bantu. 15 hari aga dirawat di ruang isolasi di ruang perawatan biasa. Saya dan papahnya bersyukur dengan keadaan itu. Walau saat itu kondisi Aga setelah pulih dari ruang ICU adalah lumpuh, badannya spastik (kaku) dan matanya buta.

Sampai tiba saatnya Aga bisa kita bawa pulang. Dengan semua keadaannya itu, kita berusaha merawat dia. Makan saja dia masih disonde alias lewat selang yang dimasukin ke hidungnya, badannya berat sekali dan kaku seperti papan. Bagaimana perasaan saya sebagai ibunya? Tiap malam saya menangis di sampingnya gak ada habisnya. Apalagi kalau malam-malam dia gak bisa tidur, matanya terbuka tapi badannya gak bisa bergerak sama sekali.

Hingga pada suatu hari, saya sampai pada suatu kepasrahan, dan saya menangisi dia lagi sambil berbisik di kupingnya "mas aga, kalo mas Aga kesakitan banget.. pergilah, nang.. tinggalkan mamah.. mamah gak pha2x.." Litani ini saya bisikkan terus menerus di telinganya hampir seminggu lamanya, dan tepat seminggu kemudian.. jam 22.30 dia berpulang kepada penciptanya..

Saat itu, bisa dibilang saya bersyukur dengan kepergiannya. Bukan karena saya gak ngerasa kehilangan dia, tapi lebih karena saya sadar dia lepas dari kesakitannya. Sampai saat dia dimandikan, disholatin, dikebumikan.. gak banyak air mata tumpah dari mata saya. Bahkan saya merasa bersyukur dan berterima kasih sekali pada Allah Swt yang telah menjemput Aga dari tangan saya dan papahnya. Banyak yang heran dengan sikap saya yang tegar dan minim air mata, bahkan ibu saya sendiri menyangka saya gak bener2x ngerasa kehilangan anak.


foto: malaikat kecil saya. Maaf jika ada yang merasa terganggu dengan foto ini, tapi buat saya.. dia adalah malaikat kecil saya.


Tapi tahu apa mereka? Mana tahu mereka apa yang ada di hati saya, di perasaan saya ini dan di otak saya, sakitnya hati ini, hancurnya perasaan saya ini. Dan memang setelah itu.. beberapa bulan ke depan adalah fase gila buat saya. Kadang nangis gak berhenti, kadang gembira tiba-tiba. Hingga akhirnya 6 bulan kemudian, saya hamil lagi. Saya merasa ada harapan baru, merasa ada kehidupan lagi buat saya.

Jadi seperti di note gue terdahulu, bangkit dari kegagalan.. inilah yang saya alami. Saya pernah gagal menjadi ibu, dan saya terpuruk dalam kegagalan itu. Tapi life must go on.. biarlah mas Aga hidup tenang dan damai di sana, jemputlah kami di alam sana nanti ya nang!! Tabungan buat kami, kedua orang tuanya. semoga, amieen....

Jagalah milikmu sebaik-baiknya, teman-teman... Selagi dia masih didekatmu, bisa kalian sentuh, bisa kalian rasakan. Daripada menyesal kehilangannya. Karena seperti kata pepatah siapa yang belum merasa kehilangan, tak akan bisa menghargai sesuatunya. Jangan sampai kejadian ini terjadi buat teman-teman.

Mengingat kembali mas Aga, yang bulan Maret ini genap 8 tahun meninggalkan papah-mamah.. We love you, mas..

2 comments:

felicity said...

Waduh, gw terharu dan mau nangis pas mbaca postingan di atas... (sengaja ditahan2x supaya T nggak bingung n nanya2x).

Jadi inget waktu adek gw tercinta meninggal dunia waktu umur 17 tahun... Nggak kebayang sebelumnya... Sedih bangetttt.... Alm, sehat dan baik2x aja sebelum dirawat di ruang ICU karena ada darah di paru2x... setelah 2 minggu dirawat sempet siuman dan pulang ke rumah trus balik dirawat lagi dan pergi untuk selamanya... Kita mengikhlaskan meski sebenarnya sulit... Mungkin ini garis nasib yang dituliskan oleh Yang Di Atas... Kita sebagai manusia biasa hanya bisa yakin dan tetap percaya akan kebesaran-Nya...

CeNuk said...

iya fel.. hhhmm.. walau sudah 8 th yang lalu, tapi kalo lagi tiba2 mengingatnya suka tercekat kerongkongan gw (nahan tangis).

yaahh.. semua sudah diatur olehNya yah fel. walau kita yang ditinggalkan rasanya hancur lebur n susah nerimanya (jujur aja). yang penting mendoakan buat semua yg sudah mendahului kita aja.. aaamiinn.. thx yah fel..

Post a Comment