chat box


ShoutMix chat widget

Tuesday, March 16, 2010

Karena Cinta, mari kita berjuang bersama..!!

Entah kenapa beberapa hari ini bawaan saya khok jadi mellow so slow gini yah... Beberapa hari males buka2x internet, males ngelongok facebook dan juga males ngurusin blog saya yang masih bau kencur ini. Blog yang masih jauuuhhh bangets dari sempurna ini udah saya coba utak-atik dan lumayan berat juga buat saya yang lumayan gaptek akut ini. Udah tanya sana-sini, tapi tetep ada beberapa item di blog ini yg masih butuh perbaikan lebih lanjut.

Jadi daripada saya pusing mikirin gadget di blog yang blom bener2x saya pahami, saya putusin nekad posting sesuatu aja deh. Berhubung saya juga lagi mellow n rada2x sentimentil gini, jadi postingan ini gak akan jauh2x dari CINTA.

Ho'oh.. ho'oh.. yaaa, cinta saya pada pak J yang sudah terpupuk selama 15 tahun ini. Hhmm... semua bermula ketika beberapa minggu yang lalu saya sedang menata ulang lemari utama, dan di sana saya menemukan tas ransel Alpina yang ternyata berisi surat2x pribadi saya dan pak J selama rentang waktu 4 tahun lebih.

Ingatan saya jadi bergulir tanpa bisa saya stop lagi. Mengingat tahun2x yang sudah kami miliki dahulu. Suka, duka, tawa, bahagia, sedih, airmata.. semua bisa saya sebutkan ketika mengingat masa2x muda kami dulu, ketika saya kehilangan ayah saya dan pak J kehilangan ayahnya.
Betapa banyak kenangan yang sudah kami ukir bersama, dan betapa banyak memori yang sudah kami bagi untuk dirasakan..

Ketika saya memutuskan untuk menikah dengan Pak J.. 3 Hari setelah kami menikah, saya langsung ikut dibawa ke Jakarta olehnya. Berbekal sekoper pakaian, uang yang tak seberapa banyak dan hanya membawa cinta.. kamipun bertekad untuk menjalani apapun yang ada di depan kami (idealisme saat itu, entah konyol atau tidak.. tapi begitulah adanya.. :D).


foto: Ketika kami berjanji padaMu ya Rabb..


Tiba di Jakarta, kami menumpang di rumah kerabat dari keluarga pak J selama semalam. Dan saat itulah saya menyadari bahwa jalan yang sudah saya pilih ini, akan selalu menjadi konsekwensi dan tanggungjawab saya. Ada rasa takut, khawatir, tapi semua dapat saya tepis ketika memandang sebuah cincin di jari manis saya.. (aaww..aaww.. ndangdutnya keluaarr..)

Waktu itu, pak J sudah menemukan rumah kontrakan dari seorang teman di kantornya. Dan esok harinya kamipun sudah siap untuk menempati rumah kontrakan itu dengan sedikit kenekadan. Barang2x pecah belah seperti gelas, piring, sendok, garpu baru kami beli kemudian. Begitu pula dengan kompor gas, panci, penggorengan dan semua pernak-pernik untuk berumah tangga kami beli dengan dadakan dan tergesa-gesa.

Tidur di kasur spring bed ukuran single harus kami lakoni, hidup tanpa televisi selama beberapa bulan, rumah kosong dan lapang hingga kalau mau kami bisa bermain bola di rumah kami sendiri disebabkan begitu minimalisnya rumah kami.. (minim perabotan lebih tepatnya..). Hingga satu persatu kami bisa mencicil membeli perabotan setiap sebulan sekali. Bulan ini bisa beli satu set meja makan, bulan berikutnya beli spring bed ukuran king, bulan berikutnya bisa beli lemari baju, sampai tanpa kami sadari.. lengkap juga perabotan di rumah kami.

Perjuangan tidak berakhir di situ saja.. karena kami pindah kontrakan hingga 4x. Saya jadi merasa bahwa saya sangat ahli dalam bidang packing2x, memilah2x barang untuk dipack, nggotong2x sofa, bagaimana cara menggeser lemari yang beratnya minta ampun, naek ke mobil bak terbuka buat pindahan ke kontrakan baru, sudah semua saya coba..

Dari ke-4 kontrakan yang kami tempati, selalu saja banyak hal2x yang membuat saya dan pak J ingin sesegera mungkin memiliki rumah kami sendiri. Kadang kami tidak bisa mandi karena pompa di tempat kontrakan tiba2x ngadat. Lain waktu di kontrakan yang lain, ketika hujan deras, tiba-tiba kami dikejutkan bunyi berderak keras dan runtuhlah genteng tepat di atas kulkas kami yang mengakibatkan hujan benar-benar mengguyur (di dalam) rumah kami. Atau ketika di kontrakan berikutnya kami harus berjuang menyelamatkan barang-barang kami ketika banjir tanpa permisi masuk ke rumah kami setiap musim hujan datang.

Walau ketika dalam situasi yang nyata ketika itu, saya sebagai manusia biasa tetap saja sedih dan putus asa, tapi ketika sekarang saya mengingatnya,.. saya jadi berfikir, bahwa inilah hidup yang sudah (coba) saya pilih. Saya bangga bisa mengatasi semua rintangan dan kesulitan yang ada di depan jalan kami berdua, dan saya mencoba bertanggungjawab terhadap pilihan hidup saya sebagai seorang dewasa.

foto: Pengennya sih foto beduaan, tapi teteuupp.. anak2x khok yaa keliatan di belakang, gituuh.. :D

Hingga saat inipun, ketika kehidupan sudah berbaik hati kepada kami, toh perjuangan kita tak akan pernah berhenti.. hingga kapanpun juga.. semoga kita bisa berjuang bersama, bahu-membahu mengatasi segala rintangan di depan kita.. karena cintaku padamu.. dan karena cintaku padaMu ya Rabb.. ketika aku berjanji padaMu saat itu, dalam suka duka.. hingga ajal memisahkan kami..

No comments:

Post a Comment