chat box


ShoutMix chat widget

Wednesday, March 24, 2010

Kehilangan seorang anak (Kegilaan bagi seorang ibu)... Memoar of Rico Agarizki Ekoputro, my beloved 1st son..

Ini adalah tulisan ulang dari notes di facebook saya, bulan Maret setahun yang lalu.. ketika saya mengingat bahwa saya telah ditinggalkan selama 7 tahun oleh malaikat kecil saya, Mas Aga sayang.. Ingin saya ceritakan kembali di blog saya sebagai dokumentasi pengalaman dan perjalanan hidup saya.


foto: Mas Aga di umur 1 tahun 5 bulan,.. medio pertengahan 2001

Anak pertama saya namanya Aga sudah hampir berusia 2 th ketika dia tiba2x terserang diare. Awalnya saya dan papahnya cuma menyangka ini cuma diare biasa. Siang dia mulai diare, sorenya kita bawa ke dokter langganan di sebuah rumah sakit ibu-anak di daerah Bekasi. Waktu itu kita gak ketemu dengan dokter anak langganan, jadi kita memakai dokter anak lain yang berpraktek hari itu. Dokter itu bilang, Aga diare biasa.. diberi obat, disuruh minum oralit yang banyak.. dan kitapun pulang ke rumah.

Besoknya.. Aga masih tambah terlihat pucat dan diarenya juga tak kunjung berhenti. Sepanjang malam dia rewel gak bisa tidur nyenyak. Saya waktu itu sudah agak was-was dengan keadaannya. Sorenya di hari ke-2 kita balik lagi ke dokter di rumah sakit yang sama seperti kemarin. Kali ini kita bertemu dokter langganan yang memang jadwalnya praktek di hari itu. Oleh sang dokter.. obat-obat yang kemaren diresepkan rekan sejawatnya diinstruksikan untuk stop minum, diganti dengan resepnya. Saat itu gak ada komentar apa-apa dari sang dokter, menyuruh Aga diopname atau gimana.. GAK! Dan saat itu saya memang masih baru-barunya jadi ibu, jadi yaa... masih bodoh juga kenapa khok ya gak kepikiran minta dirawat.

Singkat cerita kita pulang, malemnya Aga sudah bisa tidur nyenyak sampai besoknya di hari ke-3 dia masih pulas tertidur walau masih diare. Seharian dia tidur, males kalau disuruh bangun buat makan dan minumpun rasanya matanya berat buat membuka. Sampai menjelang maghrib, waktu saya ingin mengganti diapernya yang tadi-tadinya masih penuh dengan diarenya, saya terkesima.. Kenapa bukan diare lagi yang keluar dari duburnya?
Warna pupnya sudah hitam seperti ter. Pertama sampai saya cium-cium dan gak ada bau-bau diare sama sekali. Walau sudah panik, tapi berusaha menenangkan diri. Sampai waktu sudah jam 8 malem, ketika mau mengganti diapernya lagi.. warna pup yang hitam gelap seperti ter itu sudah berganti dengan merah kecoklatan. Kembali saya cium-cium diaper itu bergantian dengan ayahnya.. dan kita sampai pada satu kesimpulan bahwa itu adalah bau darah.

Paniklah kita semua pada waktu itu.. Aga langsung kita larikan ke rumah sakit langganan itu, langsung masuk ruang UGD.. dan ternyata begitu dibuka diapernya, darah sudah keluar gak berhenti dari duburnya. Sampai si dokter jaga (waktu itu sudah hampir tengah malam) menyarankan untuk transfusi darah segera. Dan ketika itu, Aga cuma bisa menggumam "mama..mama". Ketika jarum mau ditusukkan ke tubuhnya pun susah sekali karena venanya sudah melemah dan susah didapat. Ternyata.. anakku itu memang sudah kehilangan kesadarannya dari siang tadi... Ya Allahh!!!

Lama juga kita di UGD rumah sakit itu sampai dokter jaga tiba pada satu kesimpulan, Aga gak bisa dirawat di situ, karena keterbatasan prasarana dan alat-alat. Segera kita dilarikan ke RS Harapan Kita dengan ambulance.. untungnya waktu itu sudah jam 2 pagi jadi gak macet, karena anak saya sudah bener-bener gak sadar. Berpacu dengan waktu, tibalah kita di RS Harapan Kita.. dari keluar ambulance, anak saya cuma dibopong sama ayahnya.. yang namanya darah berceceran di mana-mana. Begitu ditangani oleh petugas medis, saya dan ayahnya langsung diusir dan menunggu di luar. Hampir 2 jam kita nunggu dengan rasa deg-degan yang begitu hebat, dan ketika sudah diperbolehkan masuk.. rasanya saya sudah mau pingsan. Melihat tubuh anak saya sudah dimasuki beberapa jarum, dimasuki kateter, dimasuki alat bantu pacu jantung (ventilator) dan badannya polos gak pake apa-apa. Rasanya saat itu saya pengen jerit sekenceng-kencengnya... tapi berusaha tegar mendengarkan penjelasan dokter kalo Aga belum ketahuan sakit apa saat itu. Mereka harus mengobservasi terus keadaan Aga, makanya Aga harus segera masuk ICU karena bisa dikatakan saat itu dia memang sudah koma.

Ya Allah.. apa yang harus saya perbuat? Sekujur tubuh rasanya lemas, pengen nangis tapi malah tersumbat di tenggorokan. Subuh menjelang, saya langsung sholat bersimpuh di hadapanNya di musholla RS.

Singkat cerita.. anak saya, Aga setelah dilaparoskopi mengalami penggerusan dinding lambung dan usus besarnya.. hingga mengakibatkan dari duburnya keluar darah berkepanjangan seperti itu. Hampir seminggu darah masih terus keluar dari duburnya.. dan selama itu pula kita masih dibuat was-was dengan kabar yang bisa tiba-tiba berubah. Tapi setelah seminggu, darah itu sudah gak keluar lagi. Tapi saya belum bisa tersenyum karena Aga masih tergolek gak berdaya, dia masih koma, jarum suntik infusnya sudah gak bisa dihitung lagi saking banyaknya, ventilator masih terpasang, sonde masih terpasang di hidungnya, gak ada respon apa-apa dari aga kalo saya panggil, badannya berangsur-angsur mulai kaku dan mengeras.

Selama sebulan Aga koma di ICU RS Harapan Kita. Setiap waktu saya selalu menangis di sampingnya, berbisik di telinganya "mas.. jangan tinggalin mamah ya.. gimana mama hidup tanpa mas aga" kata2x itu selalu yang saya ulang-ulang terus menerus di telinganya. Sampai akhirnya kira-kira sebulan setelah dia koma, dia mulai siuman.. ventilator sudah bisa dilepas yang menandakan bahwa jantungnya bisa bekerja tanpa alat bantu. 15 hari aga dirawat di ruang isolasi di ruang perawatan biasa. Saya dan papahnya bersyukur dengan keadaan itu. Walau saat itu kondisi Aga setelah pulih dari ruang ICU adalah lumpuh, badannya spastik (kaku) dan matanya buta.

Sampai tiba saatnya Aga bisa kita bawa pulang. Dengan semua keadaannya itu, kita berusaha merawat dia. Makan saja dia masih disonde alias lewat selang yang dimasukin ke hidungnya, badannya berat sekali dan kaku seperti papan. Bagaimana perasaan saya sebagai ibunya? Tiap malam saya menangis di sampingnya gak ada habisnya. Apalagi kalau malam-malam dia gak bisa tidur, matanya terbuka tapi badannya gak bisa bergerak sama sekali.

Hingga pada suatu hari, saya sampai pada suatu kepasrahan, dan saya menangisi dia lagi sambil berbisik di kupingnya "mas aga, kalo mas Aga kesakitan banget.. pergilah, nang.. tinggalkan mamah.. mamah gak pha2x.." Litani ini saya bisikkan terus menerus di telinganya hampir seminggu lamanya, dan tepat seminggu kemudian.. jam 22.30 dia berpulang kepada penciptanya..

Saat itu, bisa dibilang saya bersyukur dengan kepergiannya. Bukan karena saya gak ngerasa kehilangan dia, tapi lebih karena saya sadar dia lepas dari kesakitannya. Sampai saat dia dimandikan, disholatin, dikebumikan.. gak banyak air mata tumpah dari mata saya. Bahkan saya merasa bersyukur dan berterima kasih sekali pada Allah Swt yang telah menjemput Aga dari tangan saya dan papahnya. Banyak yang heran dengan sikap saya yang tegar dan minim air mata, bahkan ibu saya sendiri menyangka saya gak bener2x ngerasa kehilangan anak.


foto: malaikat kecil saya. Maaf jika ada yang merasa terganggu dengan foto ini, tapi buat saya.. dia adalah malaikat kecil saya.


Tapi tahu apa mereka? Mana tahu mereka apa yang ada di hati saya, di perasaan saya ini dan di otak saya, sakitnya hati ini, hancurnya perasaan saya ini. Dan memang setelah itu.. beberapa bulan ke depan adalah fase gila buat saya. Kadang nangis gak berhenti, kadang gembira tiba-tiba. Hingga akhirnya 6 bulan kemudian, saya hamil lagi. Saya merasa ada harapan baru, merasa ada kehidupan lagi buat saya.

Jadi seperti di note gue terdahulu, bangkit dari kegagalan.. inilah yang saya alami. Saya pernah gagal menjadi ibu, dan saya terpuruk dalam kegagalan itu. Tapi life must go on.. biarlah mas Aga hidup tenang dan damai di sana, jemputlah kami di alam sana nanti ya nang!! Tabungan buat kami, kedua orang tuanya. semoga, amieen....

Jagalah milikmu sebaik-baiknya, teman-teman... Selagi dia masih didekatmu, bisa kalian sentuh, bisa kalian rasakan. Daripada menyesal kehilangannya. Karena seperti kata pepatah siapa yang belum merasa kehilangan, tak akan bisa menghargai sesuatunya. Jangan sampai kejadian ini terjadi buat teman-teman.

Mengingat kembali mas Aga, yang bulan Maret ini genap 8 tahun meninggalkan papah-mamah.. We love you, mas..

Monday, March 22, 2010

Kenapa suka lewat jalan pintas?

foto: Inuk ketika 3 th dengan piala pertamanya, sementara saya dengan perut buncit dan muka jerawatan ketika mengandung Cembil.. hehhee..

Jalan pintas yang saya maksud bukan berarti jalan dalam arti harfiah, tapi sebuah dokumentasi memori pengalaman saya melahirkan secara sectio caesaria (SC). Yah, ketika melahirkan Inuk alias buah hati saya yang nomor 2 ini pengalaman pertama diSC saya alami. Entah kenapa dua hari nginap di RS Bersalin tidak membuat bukaan saya maju, padahal saya sudah bleeding banyak sekali selama 2 hari itu. Tapi karena saya kekeuuh ingin sekali melahirkan normal, pun dokter saya (wanita) juga mensuportnya, kita bersabar menunggu.

Hanya saja, keinginan tinggal keinginan. Ketika hari kedua akan berakhir, kondisi saya drop walau gak parah2x amat. Tekanan darah menurun, detak jantung si baby tidak terdengar kuat, dan beberapa pemeriksaan lab menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan juga. Jadi dokter Yenni memutuskan untuk segera dilakukan operasi dalam waktu setengah jam kemudian.

Segera saya disiapkan untuk operasi dadakan ini, suntik mulas untuk menguras dengan paksa isi perut saya, cukur untuk persiapan operasi, dicekoki obat maag yang gunanya saya tidak tahu untuk apa, baju operasi dipakaikan ke badan saya, dan tibalah saat ketika saya diatas tempat tidur didorong menuju ruang operasi. Jujur saja saya takut, takut karena itu adalah pengalaman pertama saya, takut kalau tiba-tiba saja di tengah operasi saya tiba-tiba merasakan kesakitan gara2x efek obat bius sudah habis, takut ada penyulit lain2xnya ketika operasi itu berlangsung.

Dengan berkomat-kamit membaca doa kepada Allah swt saya teguhkan hati saya. Tiba di ruang operasi, segera saya dipindahkan ke meja operasi. Sekitar 5 orang dokter dan suster sudah standby menunggu kedatangan saya. Berkali-kali dokter anestesi dan suster menenangkan saya, tapi tetap saja saya ketakutan. Lebih takut ketika dokter anestesi menginstruksikan saya untuk berbaring miring dan menyuntikkan obat bius ke arah tulang epidural saya. Heeggh, bentuk suntikannya itu lho yang membuat merinding duluan, dengan jarum suntik yang panjangnya tidak lazim. Tapi ternyata tidak seberapa sakit ketika disuntikkan, menurut saya sih.. walau kata beberapa teman rasanya amat sangat menggigit. Tapi yang paling membuat saya terkesiap adalah kedua tangan saya diikat di sebuah palang. Gleek!! Apa pula ini?? Mungkin jika dilihat dari atas, posisi saya seperti penyaliban.

Dokter obsgyn saya masuk paling akhir setelah saya benar2x siap dan acara SC inipun dimulai. Oh iyaa.. dari pinggang ke bawah memang saya sudah kebas tidak dapat merasakan apa2x. Diiringi lagu klasik (entah apa, saya sudah tidak peduli) dokter Yenni berkata kepada rekan sejawatnya si dokter anestesi..
obsgyn: oke, dok.. kita coba yaa?
saya : (glek.. gleeekk. kenapa harus dicoba??)
anestesi: ready, dok.. bagus khok..
obsgyn: (bersenandung).. laaa..laa..laa..
saya : (gleekkk 1000x, komat-kamit berdoa, pasrah)

Saya bisa melihat pantulan perut saya dan apa yang dikerjakan di sana dari lampu operasi di atas saya. Untunglah minus saya parah, jadi tak jelas terlihat. Coba kalau saya benar2x bisa melihat dengan jelas.. mungkin lemes juga kali yaa.. walau sebenernya penasaran juga sih..

Gak lama berselang, mungkin sekitar 15 menit kemudian.. Inukpun dikeluarkan dari perut saya, dibersihkan, menangis dengan melengking, dan tak terkira rasa haru, bahagia, syukur saya padaNya-pun tumpah ruah.

******@@@@******

foto: Cembil umur 7 hari, akekahan..



Dan pengalaman SC kembali saya alami 4 tahun kemudian, dengan dokter obsgyn yang sama. Entah kenapa Cembilpun tak kunjung lahir ketika 2 hari saya sudah mulas tiada tara. Dan lagi-lagi tindakan SC tak dapat dihindarkan. Tetap saja saya deg-degan dan takut walau sudah ada pengalaman sebelumnya.

Sekarang, ketika Inuk dan Cembil sudah semakin besar dan dalam usia bertumbuh.. semoga pengalaman mamah ini bisa membuat kalian mengerti bahwa betapa bahagianya mamah memiliki kalian. Walau mamah selalu bertanya-tanya.. kenapa sih kalian suka lewat jalan pintas? hehehe..

Tuesday, March 16, 2010

SPONTAN, PLEASE..

Hari masih belum genap subuh ketika saya merasakan hajat buang air kecil begitu kuat. Segera kaki saya langkahkan ke arah kamar mandi, dan belum sempat saya melaksanakan hajat alami saya itu, saya sudah merasakan keluarnya air dari celah-celah daerah wanita saya. Haaaahh.. apa pula iniiii??? Kontan saya panik dan segera keluar dari kamar mandi, mencari dan membangunkan ibu saya yang masih tertidur lelap.. menceritakan dengan tergesa-gesa apa yang saya alami. Tak berapa lama.. rumah ibu sayapun langsung dihiasi kehebohan khas ibu saya.

Segera taksi dipanggil, tas2x segera disiapkan. Untunglah tas ini tinggal angkut saja karena semua sudah kami persiapkan jauh hari sebelumnya. Instruksi2xpun keluar dari mulut ibu saya pada adik semata wayang saya, dan setelah taksi datang.. tanpa ba-bi-bu kami segera cabut menuju rumah sakit.

Rumah sakit bersalin ini tergolong baru ketika itu, sehingga ketika saya datang, petugaspun sigap mengamankan saya menuju ruang bersalin. Pemeriksaan menyeluruh segera mereka lakukan, dokter yang menangani kehamilan sayapun sudah dikabari. Dan ketika itu, diketahui bahwa saya baru memulai bukaan 1. Whaatt??? Tapi karena ada rembesan air ketuban yang pagi buta tadi saya alami, maka kami memutuskan untuk observasi langsung di ruang bersalin itu.

Setiap satu jam sekali suster memeriksa berapa kemajuan bukaan saya, dan hingga 3 jam pertama, cuma bertambah menjadi bukaan 2. Pheewwhh.. hingga dokter yang dihubungi oleh suster memutuskan bahwa akan diambil tindakan induksi terhadap saya (yang sudah pasrah). Induksi itu apa.. baru dijelaskan kemudian oleh suster, bahwa induksi adalah sebuah tindakan dengan cara menyuntikkan atau bisa juga melalui infus obat untuk membuat perut kita berkonstraksi alias mules kalau kata orang awam. Okee.. mari kita coba, kata saya ketika itu. Tak lupa suster mengingatkan bahwa dengan induksi maka konstraksi akan 2x lebih kuat dari konstraksi alami, hingga sakit yang akan kita alami jg lebih menggigit..

Baiklaahh, semua cara agar si baby bisa keluar akan saya coba. Dan kalau bisa, spontan saja.. please..!!! Karena ketika itu kami tidak punya asuransi kesehatan yang bisa meng-cover biaya persalinan ini. Jadi semoga saja bayi saya bermurah hati untuk tidak ngeyel keluar lewat jalan tol.. pinta hati saya, juga doa saya pada Allah swt tentunya.

Oh iyaa.. ibu saya untung tidak melupakan ayah si bayi ini, alias pak J yang ditelepon dari Surabaya supaya segera pulang saat itu juga karena istrinya akan melahirkan untuk pertama kalinya. Okeeehh.. karena saya amat sangat takut, panik, dan kesakitan.. saya bersyukur keluarga saya mensuport saya secara langsung dalam ruang persalinan itu. Entah karena RS bersalin ini masih baru sehingga dalam ruang persalinan cuma saya seorang yang melahirkan, atau karena suster2x yang ada di situ baik2x semua sehingga total 6 orang budhe, bulik plus ibu saya sendiri berdiri mengelilingi ranjang persalinan saya.

Silih berganti mereka mengelus saya, memegang tangan saya yang dengan sukses saya remas2x ketika konstraksi lebih sering terasa. Hingga ketika konstraksi sudah benar2x dalam hitungan detik saja, pecahlah air ketuban saya dan diikuti dengan keinginan kuat untuk mengejan, tapi yang dicoba ditahan oleh suster karena dokter saya belum datang. Wadoooww, please deh suuuuusss... kepalanya udah mo ngerobek saya niiihhh. Hingga saya tersengal2x mencoba menahan keinginan mengejan yang begitu kuat.

Dan syukurlaahh ketika saya sudah tidak kuat lagi, khok yaa ndilalah dokter datang tepat pada waktunya. Beliau mendekati saya dan bilang.. "yaakk.. okee, udah keliatan tuh rambutnya.. ayuuukk, siaaapp... ngejan yaa.." yaelaahh doookk, udah dari tadi kaleee...
Ya sudahlah.. pokoknya dengan 2x tarik nafas dan mengejan.. lahirlah anak pertama saya.. RICO AGARIZKI EKOPUTRO pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2000 tepat jam 17.50 waktu surabaya.. dengan sehat, selamat tanpa kurang apapun juga.. alhamdulillah..

Walau tanpa ditunggui oleh ayahnya dalam perjuangan antara hidup dan mati ini, tapi saya bersyukur segala sakit ketika konstraksi, sakit di-episiotomi (guntingan ke arah dubur untuk mencegah robek yang tidak karuan), sakit dijahit.. sirna sudah ketika melihat dan mendengar suara tangisnya pertama kali. Hingga saya sudah selesai dibenahi, sudah cantik kembali di bawa ke kamar, barulah pak J datang dari Jakarta. Ya sudahlaah paaahh.. mari kita saling mengucapkan selamat, cium dan peluk aku.. dan lihatlah anakmu sana...

foto: ultah mas Aga 1 tahun, di rumah eyang di Surabaya..

*mengingat kenangan mas Aga dengan penuh air mata.. hhmm, speechless*

Karena Cinta, mari kita berjuang bersama..!!

Entah kenapa beberapa hari ini bawaan saya khok jadi mellow so slow gini yah... Beberapa hari males buka2x internet, males ngelongok facebook dan juga males ngurusin blog saya yang masih bau kencur ini. Blog yang masih jauuuhhh bangets dari sempurna ini udah saya coba utak-atik dan lumayan berat juga buat saya yang lumayan gaptek akut ini. Udah tanya sana-sini, tapi tetep ada beberapa item di blog ini yg masih butuh perbaikan lebih lanjut.

Jadi daripada saya pusing mikirin gadget di blog yang blom bener2x saya pahami, saya putusin nekad posting sesuatu aja deh. Berhubung saya juga lagi mellow n rada2x sentimentil gini, jadi postingan ini gak akan jauh2x dari CINTA.

Ho'oh.. ho'oh.. yaaa, cinta saya pada pak J yang sudah terpupuk selama 15 tahun ini. Hhmm... semua bermula ketika beberapa minggu yang lalu saya sedang menata ulang lemari utama, dan di sana saya menemukan tas ransel Alpina yang ternyata berisi surat2x pribadi saya dan pak J selama rentang waktu 4 tahun lebih.

Ingatan saya jadi bergulir tanpa bisa saya stop lagi. Mengingat tahun2x yang sudah kami miliki dahulu. Suka, duka, tawa, bahagia, sedih, airmata.. semua bisa saya sebutkan ketika mengingat masa2x muda kami dulu, ketika saya kehilangan ayah saya dan pak J kehilangan ayahnya.
Betapa banyak kenangan yang sudah kami ukir bersama, dan betapa banyak memori yang sudah kami bagi untuk dirasakan..

Ketika saya memutuskan untuk menikah dengan Pak J.. 3 Hari setelah kami menikah, saya langsung ikut dibawa ke Jakarta olehnya. Berbekal sekoper pakaian, uang yang tak seberapa banyak dan hanya membawa cinta.. kamipun bertekad untuk menjalani apapun yang ada di depan kami (idealisme saat itu, entah konyol atau tidak.. tapi begitulah adanya.. :D).


foto: Ketika kami berjanji padaMu ya Rabb..


Tiba di Jakarta, kami menumpang di rumah kerabat dari keluarga pak J selama semalam. Dan saat itulah saya menyadari bahwa jalan yang sudah saya pilih ini, akan selalu menjadi konsekwensi dan tanggungjawab saya. Ada rasa takut, khawatir, tapi semua dapat saya tepis ketika memandang sebuah cincin di jari manis saya.. (aaww..aaww.. ndangdutnya keluaarr..)

Waktu itu, pak J sudah menemukan rumah kontrakan dari seorang teman di kantornya. Dan esok harinya kamipun sudah siap untuk menempati rumah kontrakan itu dengan sedikit kenekadan. Barang2x pecah belah seperti gelas, piring, sendok, garpu baru kami beli kemudian. Begitu pula dengan kompor gas, panci, penggorengan dan semua pernak-pernik untuk berumah tangga kami beli dengan dadakan dan tergesa-gesa.

Tidur di kasur spring bed ukuran single harus kami lakoni, hidup tanpa televisi selama beberapa bulan, rumah kosong dan lapang hingga kalau mau kami bisa bermain bola di rumah kami sendiri disebabkan begitu minimalisnya rumah kami.. (minim perabotan lebih tepatnya..). Hingga satu persatu kami bisa mencicil membeli perabotan setiap sebulan sekali. Bulan ini bisa beli satu set meja makan, bulan berikutnya beli spring bed ukuran king, bulan berikutnya bisa beli lemari baju, sampai tanpa kami sadari.. lengkap juga perabotan di rumah kami.

Perjuangan tidak berakhir di situ saja.. karena kami pindah kontrakan hingga 4x. Saya jadi merasa bahwa saya sangat ahli dalam bidang packing2x, memilah2x barang untuk dipack, nggotong2x sofa, bagaimana cara menggeser lemari yang beratnya minta ampun, naek ke mobil bak terbuka buat pindahan ke kontrakan baru, sudah semua saya coba..

Dari ke-4 kontrakan yang kami tempati, selalu saja banyak hal2x yang membuat saya dan pak J ingin sesegera mungkin memiliki rumah kami sendiri. Kadang kami tidak bisa mandi karena pompa di tempat kontrakan tiba2x ngadat. Lain waktu di kontrakan yang lain, ketika hujan deras, tiba-tiba kami dikejutkan bunyi berderak keras dan runtuhlah genteng tepat di atas kulkas kami yang mengakibatkan hujan benar-benar mengguyur (di dalam) rumah kami. Atau ketika di kontrakan berikutnya kami harus berjuang menyelamatkan barang-barang kami ketika banjir tanpa permisi masuk ke rumah kami setiap musim hujan datang.

Walau ketika dalam situasi yang nyata ketika itu, saya sebagai manusia biasa tetap saja sedih dan putus asa, tapi ketika sekarang saya mengingatnya,.. saya jadi berfikir, bahwa inilah hidup yang sudah (coba) saya pilih. Saya bangga bisa mengatasi semua rintangan dan kesulitan yang ada di depan jalan kami berdua, dan saya mencoba bertanggungjawab terhadap pilihan hidup saya sebagai seorang dewasa.

foto: Pengennya sih foto beduaan, tapi teteuupp.. anak2x khok yaa keliatan di belakang, gituuh.. :D

Hingga saat inipun, ketika kehidupan sudah berbaik hati kepada kami, toh perjuangan kita tak akan pernah berhenti.. hingga kapanpun juga.. semoga kita bisa berjuang bersama, bahu-membahu mengatasi segala rintangan di depan kita.. karena cintaku padamu.. dan karena cintaku padaMu ya Rabb.. ketika aku berjanji padaMu saat itu, dalam suka duka.. hingga ajal memisahkan kami..

Tuesday, March 9, 2010

Wajar sekali khok..

Semalam ketika saya iseng ber-facebookan, mata saya tertumbuk pada sebuah share-link seperti yang terlihat di bawah ini, yang diposting oleh seorang teman saya.

http://id.news.yahoo.com/dtik/20100309/tid-dipeluk-saat-kunjungan-kerja-rieke-l-7375374.html

Ketika saya membaca barisan2x komen yang berderet di bawahnya, banyak teman2xnya teman saya itu yang menyumbangkan komentar.. misalnya saja:

temannya teman saya (A) :
Oneng......oneng..!!! Jangan lebai plissss.......eneg ngedengernya.....!!


sementara saya langsung memposting komen di bawah A tersebut
:
whaa.. brarti kalo publik figur bisa seenaknya aja kita amprokin dari belakang, trus maen kita sosor aja yaahh??
hhhmm.. baru tauuu.. beruntunglah gw bukan publik figur..

kesimpulannya: gak ada perempuan (baik) yang mo seenak2nya digituin kalee.. pliisss juga dweeehh..

Entah kenapa saya merasa terusik dengan postingan temannya teman saya itu, si A (cowok) yang tidak saya kenal pastinya. Mungkin saja menurut dia tindakan Oneng memang agak lebay dan berlebihan. Tapi kalau dilihat dari berita terkait, apakah si Oneng yang marah setelah dia dipeluk dari belakang tetapi tidak ditanggapi dengan itikad baik oleh si oknum dokter tersebut dengan meminta maaf baik-baik atas segala khilaf perbuatannya itu, malah berusaha mencium Oneng kembali dengan alasan.. "TOH ANDA KHAN PUBLIK FIGUR"

Meskipun dia begitu nge-fans-nya dengan seorang Oneng yang katanya publik figur, rasanya kalo menilik dari berita terkait tetap saja gak ada pantas2xnya perbuatannya itu. Ketika itu komen saya itu ditanggapi balik dengan si A dengan kalimat seperti berikut:
JANGAN MENILAI DIRI SENDIRI TERLALU TINGGI...so.....BIASA AJA KALLEEEE...!!!

Loohh.. saya yang membaca kembali barisan tulisan milik A ini jadi agak geleng2x kepala, saya tahu dia tersinggung dengan sindiran saya.. dan mencari pembenaran dengan postingannya tersebut. Yang saya bingungkan.. coba kalau dia, si A ini bertukar tempat dan berada di posisi Oneng, apakah dia mau diperlakukan seperti itu? Apakah tidak merasa terhina dan terluka harga dirinya? Kalau kita sudah tidak bisa membela harga diri kita sendiri.. lantas siapa lagi??


Sebut saja contoh seperti ini:

Seorang istri yang tidak suka atau tidak sreg melakukan "sesuatu" seperti yang diminta oleh suaminya sendiri, dan akhirnya dipaksa oleh sang suami dengan kata2x "kamu harus mau, khan kamu istri saya." Rasanya malang sekali nasib si objek (istri) tersebut jika sebuah pembenaran sudah dilakukan untuk menutupi sebuah bentuk paksaan. Dan itulah benang merah untuk kasus Oneng ini.. Jika seseorang sudah berkata TIDAK, marah, dan keberatan melakukan sesuatu tetapi kejadian itu tetap terjadi.. berarti sebuah delik hukum sudah terjadi.

Dan jika saya di posisi Oneng, mungkin saya akan melakukan hal yang sama, kenapa tidak??
Saya bukan jajaran kaum feminis garis keras dan bukan pula fans berat dari Oneng.. hanya sekedar mengungkapkan buah pikiran saja. Bahwa hal yang dilakukan Oneng wajar terjadi, karena "tak ada asap jika tak ada api."

Monday, March 8, 2010

Seberapa Algojonya Dikau..

Beberapa bulan yang lalu, saya pernah menjenguk temen suami yang selesai menjalani operasi batu ginjal. Dan mengeluhlah si teman itu betapa sakitnya operasi yang dijalaninya dengan melalui alat vitalnya itu. Waktu itu istri si teman cuma bisa senyam senyum bilang.. "Gimana kalo ngerasain ngelahirin, yah.. ngeluarin anak dari situ juga. Jadi sekarang tahu khan gimana rasanya orang ngelahirin. Ini mah gak ada seperempat dari rasa sakit waktu ngelahirin." Dan saya tentu saja langsung ikut manggut2x dan mengamini tanda setuju.

Memang benar apa yang dikatakan istri teman suami itu, kaum lelaki rasanya gak ada yang kuat menahan sakit dalam bentuk apapun juga. Dari kecil, kultur sudah membiasakan mereka menerima perlakuan istimewa dibandingkani saudara2xnya yang perempuan. Apalagi masyarakat Indonesia sangat kental dengan budaya patriaki-nya. Selalu kaum lelaki yang dinomor satukan, dalam segala hal.

Dan ketika dewasapun, hanya beberapa yang bisa benar2x menghargai wanita. Kalau mendengar curhatan beberapa teman dan juga sebagian adalah pengalaman pribadi saya dalam bentuk pengamatan langsung dengan mata kepala sendiri, laki2x cenderung menyepelekan wanita dalam segi fisik maupun psikis. Memang siihh... dari segi fisik gak bisa dipungkiri kalau mereka lebih kuat dari kita para wanita, toh memang sudah dikodratkan seperti itu oleh Allah Swt. Tapi kenapa masih ada yang menyalahgunakan kekuatan fisik mereka untuk menyakiti kaum wanita, bukannya menjalankan kodrat mereka untuk melindungi.

Juga, gak perlu bukan selalu mengintimidasi kaum wanita dengan bahasa verbal dan bahasa gesture-mu. Banyak wanita dengan pakaian mini yang mengundang selalu jadi sasaran empuk godaan dan tatapan liar kaum lelaki. Sebagian banyak memang salah sang perempuan tidak bisa menjaga sikapnya (walau itu bukan menjadi alasan pembenar buat para lelaki iseng untuk seenaknya sendiri melecehkan si perempuan), tapi banyak juga wanita dengan baju tertutup rapat gak luput dari godaan laki2x hidung belang.

Jadi seberapa algojonya dikaauuu kaum lelaki??? Kau ditakdirkan memiliki banyak kelebihan dibandingkan kami kaum wanita. Tapi toh kami juga punya banyak kelebihan yang tidak kau punyai. Kenapa kita tak bisa saling melengkapi saja tanpa menyakiti hati satu sama lain. Kadang2x... kenapa bogem mentahmu yang kau layangkan dengan ringan kepada tubuh kami. Apa kami pantas diperlakukan seperti itu? Kalau hanya ingin menunjukkan eksistensimu dan superioritasmu, kami sudah paham kalau kau memang lebih "HEBAT" dari kami.

Tapi rasanya kami tidak patut diperlakukan seperti itu. Memukul orang dan menganiaya orang itu perbuatan jahat dan tidak bertanggungjawab. Sebagai manusia, dimana rasa kemanusiaanmu kalau kau melihat acara di tv ketika seseorang menjadi sasaran amuk masa. Tidakkah tergerak hati nuranimu?? Apalagi jika kau yang menjadi "subyek"nya. tidakkah menjerit luka hati nuranimu itu? Terlebih jika itu kau lakukan kepada orang yang seharusnya kau sayangi, kau cintai dan kau lindungi.

Jangan kami diperlakukan sebagai obyek belaka, ingatlah, kau ada karena kami ada.. dan kamipun ada karena adanya kaummu. Ini bukan sekedar issue gender dan feminisme... bukan!! Lebih dari itu, ini masalah kemanusiaan dan hati nurani. Jangan kau rusak jiwamu sendiri dengan perbuatan bodohmu.

Buat teman2x lelakiku... saya percaya, kalian semua orang2x baik.. yang akan menjaga dengan penuh kasih sayang orang2x terdekat kalian. Perlakukan mereka dengan penuh kelembutan. Kalau pasangan kalian melakukan kesalahan dan kekhilafan, selalu ada jalan lain untuk ditempuh, tapi bukan dengan ayunan tanganmu dan bogem mentahmu. Hargai mereka karena mereka ibu anak2xmu seperti kau menghargai ibumu sendiri.

Dan buat teman2x wanitaku, jangan memancing prahara. Kalau dia sedang lupa.. jangan segan dan bosan untuk selalu mengingatkan. Bersikaplah cerdas.. karena kalian memang cerdas.. jangan hanya gara2x cinta kau melakukan penyangkalan. PUNYAI PENDIRIAN DAN HARGA DIRI!

Dan buat pak J, suamiku dan bapak dari anak2xku.. aku mencintaimu, aku memuja hatimu dan aku kagum pada kesabaranmu yang seluas samudera itu. Tetaplah bersikap hangat pada keluargamu.. pada istrimu dan juga anak2xmu.

Akhir kata, ini semua hanya sebuah prolog.. catatan yang kucoba tuangkan dari sebegitu banyak curhatan teman2x wanitaku (banyak), dari sekelilingku yang kulihat, kudengar, kuamati dan jadikan keprihatinanku. Maaf kalo banyak menyinggung sana sini... gak ada maksud lho yaaa... piiiiisss aaacchh..!!!!


*masih dari tulisan yang sudah terpublish di notes facebook, setahun yang lalu*..

AKHIRNYA KITA BERPISAH JUGA..

Mungkin karena saya menyadari bahwa saya orang yang sentimentil, jadi semuanya serba dirasa dan pakai perasaan.. maka ketika saya kehilangan seseorang atau sesuatu yang menurut saya berharga dan mempunyai nilai historis yang tinggi, jadilah saya sedih, (agak) nangis bombay dan termangu-mangu (hyaahh.. malah lebayy..).

Ketika menikah di tahun 1999 dengan pak J, kami hanya bermodalkan cinta semata.. sehingga segala sesuatu harus kami dapatkan dengan cara yang luar biasa penuh perjuangan. Pun ketika membeli televisi 21 inch, baru bisa terealisasi di bulan ketiga kami menikah.. Jadi bisa dibayangkan sepinya rumah kontrakan kami tanpa hiburan apapun... (hhhmm.. tapi yah.. bisa melakukan hiburan lainlaahh.. :D).

Televisi 21 inch ini sudah menemani perjalanan kehidupan rumah tangga kami selama nyaris 11 tahun ini. Setia menemani kemanapun kaki kami melangkah menuju 4 kontrakan yang berbeda, hingga ke rumah milik kami sendiri sekarang ini. Menemani kami melewatkan pagi2x, siang2x, malam2x dengan hiburan yang bisa kami akses melalui televisi ataupun player VCD dan DVD.

Hingga akhirnya kami bisa membeli televisi yang lebih besar lagi, kami tetap setia dan tak berpaling dengan menjual televisi kenangan ini. Dia tetap kami tempatkan di tempat yang paling intim di rumah kami.. hyaaaa.. hehehe, kamar utama maksutee.. Menemani anak-anak kami menonton VCD kartun kegemaran mereka.

Beberapa bulan yang lalu televisi di kamar kami babak belur dibanting si Cembil hingga ngguling dari lemari tempatnya bertahta. Ketika itu televisi ini masih bisa berfungsi walaupun ada sesuatu yang aneh dengan warnanya.. Hhhmm, jadi agak bergradasi warna televisi kami ini. Tapi karena masih bisa dipakai, kita nikmati saja melihat sajian di televisi walau kita kehilangan warna asli dari masing2x tayangan.


Gambar: Televisi yang sudah berubah orientasi warnanya.. walau agak sakit mata kalau ngeliat.. tapi dinikmati ajalaahh..


Cembil memang benar-benar tak pernah kehabisan energi. Selalu suka nangkring di atas lemari tempat televisi ini berada. Mau kita sentil telinganya, mo kita ngomel2x sampe suara serak.. tuh bocah tetep aja bereksplorasi dengan kegiatannya yang (agak) nyleneh dan (pasti) membuat mamahnya ini darah tinggi.

Bolak-balik televisi ini babak belur di jatuhin Cembil dari atas lemari, hingga kemarin malam.. televisi ini terjungkal lagi ke bawah (entah sudah untuk yang keberapa kalinya).. dan akhirnya dia menyerah juga dengan keadaannya. Mungkin saja dia sudah mulai udzur dan tak lagi kuat menahan gempuran dari pihak luar.. hehehe... Sepertinya kalau dia bisa bicara, dia akan menjerit tubuhnya sudah teraniaya hingga gompel2x di sana-sini..

Gambar: Televisi yang sudah menyerah dari berbagai macam kejamnya kehidupan. Tombol paling kiri hilang ke arah dalam, sementara tombol volume dan program tak bisa digunakan lagi.


Hehehee.. postingan yang agak ecek2x yaaa... hhhmm.. buat mengenang televisi penuh kenangan nan membawa memori luar biasa. Akhirnya kita berpisah juga.. makasih sudah menemani kehidupan kami dengan penuh warna.. hihihi..

FIRST LOVE NEVER DIES??


Cinta pertama gak akan pernah pudar? ehhmm.. eehhmm (ntar duluu, sloooww doowwnn.. minum dulu, mendadak agak batuk-batuk) ... menurut saya sih, bisa iya bisa enggak. Lhaa kok bisa gitu? Ya eyalaaah... tergantung gimana kita menyikapinya saja.

Biasanya kita kenal cinta pertama tuh jaman-jaman SMP (seperti saya... hihihi, jd blushing..) atau SMA. Dan biasanya cinta-cinta jaman di umur segitu termasuk cinta monyet yang lagi sumringah2xnya. Dan harus kita akui, kalo biasanya cinta umur2x segitu tuh pasti berhubungan erat dengan fisik. Yup! fisik no 1 laaah.. mana ada anak ABG yang udah mikir panjang kali lebar kalo nyari pasangan harus yang baek asal usulnya, yang bisa jadi bapak or ibu yang baek buat anak2x kita. Kayaknya gak sampe ke situ kalee..

Balik ke thema tadi "first love never dies".. Jikalau sepanjang umur kita ini kita belum menemukan orang yang tepat dan klik di hati sih.. sudah pasti bakal keinget2x terus sama first love kita itu. Apa2x pasti kita banding2xin ma first love kita. Mungkin saja memang benar first love kita itu just the right person. Kalo itu yang terjadi, yaaach... kita harus berlapang dada, kalo memang kita tak berjodoh dengan dia, sebaik dan sesempurnanya dia di mata kita. Mungkin situasi dan kondisi gak membolehkan kita berjodoh dengannya.

Tapi kalau kita sudah menemukan orang yang klik di hati, dan itu adalah "EROS" (cinta sejati) kita, berarti anggapan first love never dies musti kita tolak mentah2x. Ngapain juga selalu ngayalin dan ngebayangin first love kalo orang yang ada di samping kita adalah orang yang dikirimkan Allah Swt buat kita.

Masa lalu adalah kenangan, indah dan buruknya masa lalu itu, termasuk juga first love... Tapi kayaknya gak fair buat orang-orang terdekat kita terutama buat diri kita sendiri kalau kita inget2x terus first love kita. Mending si first love kita itu ada sedikit2xnya inget ma kita, malah mungkin saja dia sama sekali gak nginget kita, gak pengen nginget kita dan bahkan mungkin menghapus nama kita dari memorinya (hehehee.. khok jadi agak curcol yaaww?).

Intinya.. berusaha bersyukur dengan apa yang kita punya. Memang sepertinya rumput tetangga selalu lebih hijau. Toh belum tentu juga kalau kita berjodoh dengan first love kita hidup kita akan lebih bahagia dan lebih sempurna dari hidup yang kita jalani sekarang.

Jadi buat first love (saya).. kau hanyalah sekedar first love, gak lebih. Orang yang pernah menjadi bagian dari kenangan manis saya, orang yang mengajarkan saya apa itu arti dan memaknai hidup di usia belia.. manisnya jatuh cinta dan pahitnya patah hati. Saya bahagia bisa melihat kau bahagia dengan kehidupanmu sekarang. Dan buat yang ngerasa saya first lovenya (hihi.. emang ada ya?)... bisa saya pastikan, bahwa saya bahagia dengan kehidupan saya sekarang, dan berharap juga kau selalu bahagia di luar sana.

Kalaupun kita bertemu di mana saja.. di jalan, di mall atau bahkan di situs2x jejaring sosial sekalipun... gak lebih dari sekedar menyambung silaturahmi. Arah hidup kita memang sudah digariskan olehNya.. tapi kita tetep bisa membuat pilihan yang bijak buat hidup kita.


*ditulis ulang dari notes di facebook.. dengan sedikit perbaikan di sana-sini*


Huru-hara di Minggu UTS

Hyaayy.. sambil deg-degan karena saya baruuuu saja belajar nge-blog.. akhirnya belajar bener-bener nulis dweehh..

Disela-sela kesibukan saya mengurus 2 buah hati saya yang m
asih dalam usia tumbuh, sama seperti banyak ibu-ibu muda lainnya.. kadang nyaris terkuras semua energi saya dalam menghadapi polah 2 bocah itu. Yang besar sedang menghadapi UTS di minggu ini, sementara yang terkecil dengan polahnya yang luar biasa gak bisa diemnya itu tambah membuat kepala saya pusing tujuh keliling.


Saat saya sedang konsentrasi menjadi guru private buat Inuk, dan mening
galkan Cembil bermain-main sendirian sambil memutarkan DVD Spongebob kesukaannya.. saya tetap harus bolak-balik melihat polahnya Cembil yang baruu saja saya tinggal kira-kira 5 menit tetapi sudah naik ke meja tempat menaruh tivi sambil mem-pause dan mem-play bolak-balik DVD yang sedang ditontonnya itu. Atau lain kali ketika saya menengoknya pada kesempatan berikutnya, ternyata dia sedang bermain petak umpet di dalam lemari pakaian kami (yang emang udah kagak ada kuncinya seeehh).. dan membuat beberapa pakaian mawur-mawur keluar dan pastinya membuat lecek pakaian yang telah rapih itu dengan sukses.

Gambar: Cembil yang sepertinya gak pernah keabisan batere..

Tapi yaah.. karena kebutuhan mengajarkan si Inuk adalah prioritas utama di minggu-minggu ini, jadilah saya biarkan rumah saya terutama kamar tidur utama kami layaknya seperti kapal pecah. (sabaarr...sabaarrr..100x).. Belum lagi, Inuk yang membuat huru-hara dengan model yang lain. Entah kenapa ketika belajar bersama mamahnya ini.. dia begituuuu membuat saya gampang hilang kesabaran. Saya yang hanya mencoba mengulangi pelajaran yang telah ia dapatkan dari sekolah dimana semua testnya mendapatkan ponten sempurna.. tetapi ketika saya mencoba mereview kembali.. ndilalah khok yaa selalu, always dengan mudahnya dia mengatakan "lupaa..." "yaahh, apaa yaa jawabannyaaa???" aarrgghhh...

Gambar: Inuk yang doyan burger..


Dan semoga saja saya gak tambah bengek ketika minggu UTS ini berakhir.. doakan saja yaah teman... hhuufffhh..

ps: postingan pertama yang agak mikir nih tulisannya.. maklumin yaaw kalau masih jauuuhhhh bangetss dari bagooss... :D











Saturday, March 6, 2010

Postingan Pertama




Akhirnya setelah sekian lama mencoba, saya bisa mempunyai blog, ini adalah postingan pertama :)