chat box


ShoutMix chat widget

Sunday, April 25, 2010

mau gak mau, percaya juga!!

Saya adalah perempuan Jawa yang tinggal di Jakarta hingga saya lulus SMA . Walau para leluhur-leluhur dari leluhur saya semuanya Jawa, saya memang tidak seberapa percaya dengan keseluruhan keyakinan adat Jawa yang kadang buat saya sendiri ribet. Contohnya saja: Jika ingin pindah rumah, membenarkan rumah, nikah dan lain2x harus melalui perhitungan hingga mendapatkan tanggal dan hari yang baik. Atau hal2x tabu yang tidak diperbolehkan untuk kami (para kawula Jawa ini) lakukan dan segala persyaratan yang memang kadang tidak masuk di akal untuk saya.

Bagaimanapun juga, meski saya tidak seberapa paham, percaya dan setuju dengan segala hal mistis dan gaib yang kami (para kawula Jawa) yakini ini, saya harus menelan ludah saya ketika saya menjumpai hal-hal gaib dengan mata kepala saya sendiri ketika saya sudah tinggal di Surabaya.

Ketika saya lulus SMA, orangtua saya memutuskan untuk menghabiskan hidup tua mereka kembali ke kampung halaman, hingga sayapun harus tunduk dan patuh dengan keinginan mereka kuliah di daerah Jawa Timur juga. Beruntung saya bisa masuk sebuah PTN di daerah Malang. Singkatnya, ketika itu saya mulai bersentuhan dengan segala hal2x gaib mulai dari guna-guna, santet dan kiriman-kiriman mistis lainnya yang dialami oleh keluarga dekat kami.

Hingga persentuhan saya dengan hal2x gaib semakin dekat ketika saya menantikan kelahiran anak pertama saya yang ingin saya lahirkan di Surabaya. Ketika itu rumah kami di daerah Semolowaru adalah sebuah rumah kos2xan anak2x kuliah yang tinggal di rumah pavilion di belakang rumah utama. Entah karena ada yang tidak suka dengan usaha kami, atau karena ada sebab2x lainnya yang tidak kami ketahui, yang pasti kejadian2x aneh mulai terjadi di rumah kami ini.

Tiba2x di siang bolong kami mendengarkan suara kaki orang dan pintu menuju rumah kos2xan terbuka dan tertutup, walau kami tahu bahwa tak ada satupun anak kos yang berada di rumah karena mereka semua sedang berlibur ke rumah masing2x. Disusul dengan bau harum nan semerbak yang menyergap hidung kami, kadang bau minyak nyong2x (minyak yang baunya menyengat sekali itu lho) lain waktu ada bau kemenyan yang kami hirup, tapi gak jarang ada juga bau bangkai dan bau2x yang tak layak hirup. hehehee..

Jujur saja saya amat sangat takuutt ketika hal itu terjadi. Di siang hari bolong saja saya sudah ketakutan setengah mati jika tiba2x gangguan itu datang. Apalagi ketika malam menjelang, tiba2x saja kami dikejutkan oleh hujanan batu kerikil (kedengaran seperti itu) disusul dengan bau yang wangi atau tidak enak. Kalau rumah kami sudah terganggu seperti itu, biasanya saya langsung kecut, gak berani tidur sendiri dan ngintil kemanapun ibu saya pergi.. (huehehehe..)

Lain waktu saya mendapati orang terdekat saya tergila2x pada seseorang. Usut punya usut ternyata memang ada hal2x gaib yang melatarbelakangi ke-"tergila2x"nya itu. Atau ada juga orang terdekat saya yang mendadak sakit aneh. Saya tidak percaya dan tak mau percaya, tapi ketika saya dihadapkan pada kenyataan itu, saya gak bisa memungkirinya lagi.

Hingga sekarang ketika kami sudah pindah dari rumah di daerah Semolowaru ke rumah di daerah Sukomanunggal, ternyata dari cerita ibu dan adik saya.. rumah baru kami ini lebih parah dari rumah di Semolowaru dalam hal2x gaibnya. Di belakang rumah ada bekas petilasan yang diagung-agungkan warga sekitar (persis di balik tembok belakang rumah), hingga bau kemenyan setiap hari tercium ke rumah kami, dan pastinya kejadian2x gaib yang tak kalah menakutkannya (buat saya).. tapi untungnya ibu dan adik saya bernyali besar dengan tidak menggubris dan mengentengkan itu semua. Jika saya yang di posisi mereka.. saya pasti sudah menyerah.. pindah rumah!!!

Wednesday, March 24, 2010

Kehilangan seorang anak (Kegilaan bagi seorang ibu)... Memoar of Rico Agarizki Ekoputro, my beloved 1st son..

Ini adalah tulisan ulang dari notes di facebook saya, bulan Maret setahun yang lalu.. ketika saya mengingat bahwa saya telah ditinggalkan selama 7 tahun oleh malaikat kecil saya, Mas Aga sayang.. Ingin saya ceritakan kembali di blog saya sebagai dokumentasi pengalaman dan perjalanan hidup saya.


foto: Mas Aga di umur 1 tahun 5 bulan,.. medio pertengahan 2001

Anak pertama saya namanya Aga sudah hampir berusia 2 th ketika dia tiba2x terserang diare. Awalnya saya dan papahnya cuma menyangka ini cuma diare biasa. Siang dia mulai diare, sorenya kita bawa ke dokter langganan di sebuah rumah sakit ibu-anak di daerah Bekasi. Waktu itu kita gak ketemu dengan dokter anak langganan, jadi kita memakai dokter anak lain yang berpraktek hari itu. Dokter itu bilang, Aga diare biasa.. diberi obat, disuruh minum oralit yang banyak.. dan kitapun pulang ke rumah.

Besoknya.. Aga masih tambah terlihat pucat dan diarenya juga tak kunjung berhenti. Sepanjang malam dia rewel gak bisa tidur nyenyak. Saya waktu itu sudah agak was-was dengan keadaannya. Sorenya di hari ke-2 kita balik lagi ke dokter di rumah sakit yang sama seperti kemarin. Kali ini kita bertemu dokter langganan yang memang jadwalnya praktek di hari itu. Oleh sang dokter.. obat-obat yang kemaren diresepkan rekan sejawatnya diinstruksikan untuk stop minum, diganti dengan resepnya. Saat itu gak ada komentar apa-apa dari sang dokter, menyuruh Aga diopname atau gimana.. GAK! Dan saat itu saya memang masih baru-barunya jadi ibu, jadi yaa... masih bodoh juga kenapa khok ya gak kepikiran minta dirawat.

Singkat cerita kita pulang, malemnya Aga sudah bisa tidur nyenyak sampai besoknya di hari ke-3 dia masih pulas tertidur walau masih diare. Seharian dia tidur, males kalau disuruh bangun buat makan dan minumpun rasanya matanya berat buat membuka. Sampai menjelang maghrib, waktu saya ingin mengganti diapernya yang tadi-tadinya masih penuh dengan diarenya, saya terkesima.. Kenapa bukan diare lagi yang keluar dari duburnya?
Warna pupnya sudah hitam seperti ter. Pertama sampai saya cium-cium dan gak ada bau-bau diare sama sekali. Walau sudah panik, tapi berusaha menenangkan diri. Sampai waktu sudah jam 8 malem, ketika mau mengganti diapernya lagi.. warna pup yang hitam gelap seperti ter itu sudah berganti dengan merah kecoklatan. Kembali saya cium-cium diaper itu bergantian dengan ayahnya.. dan kita sampai pada satu kesimpulan bahwa itu adalah bau darah.

Paniklah kita semua pada waktu itu.. Aga langsung kita larikan ke rumah sakit langganan itu, langsung masuk ruang UGD.. dan ternyata begitu dibuka diapernya, darah sudah keluar gak berhenti dari duburnya. Sampai si dokter jaga (waktu itu sudah hampir tengah malam) menyarankan untuk transfusi darah segera. Dan ketika itu, Aga cuma bisa menggumam "mama..mama". Ketika jarum mau ditusukkan ke tubuhnya pun susah sekali karena venanya sudah melemah dan susah didapat. Ternyata.. anakku itu memang sudah kehilangan kesadarannya dari siang tadi... Ya Allahh!!!

Lama juga kita di UGD rumah sakit itu sampai dokter jaga tiba pada satu kesimpulan, Aga gak bisa dirawat di situ, karena keterbatasan prasarana dan alat-alat. Segera kita dilarikan ke RS Harapan Kita dengan ambulance.. untungnya waktu itu sudah jam 2 pagi jadi gak macet, karena anak saya sudah bener-bener gak sadar. Berpacu dengan waktu, tibalah kita di RS Harapan Kita.. dari keluar ambulance, anak saya cuma dibopong sama ayahnya.. yang namanya darah berceceran di mana-mana. Begitu ditangani oleh petugas medis, saya dan ayahnya langsung diusir dan menunggu di luar. Hampir 2 jam kita nunggu dengan rasa deg-degan yang begitu hebat, dan ketika sudah diperbolehkan masuk.. rasanya saya sudah mau pingsan. Melihat tubuh anak saya sudah dimasuki beberapa jarum, dimasuki kateter, dimasuki alat bantu pacu jantung (ventilator) dan badannya polos gak pake apa-apa. Rasanya saat itu saya pengen jerit sekenceng-kencengnya... tapi berusaha tegar mendengarkan penjelasan dokter kalo Aga belum ketahuan sakit apa saat itu. Mereka harus mengobservasi terus keadaan Aga, makanya Aga harus segera masuk ICU karena bisa dikatakan saat itu dia memang sudah koma.

Ya Allah.. apa yang harus saya perbuat? Sekujur tubuh rasanya lemas, pengen nangis tapi malah tersumbat di tenggorokan. Subuh menjelang, saya langsung sholat bersimpuh di hadapanNya di musholla RS.

Singkat cerita.. anak saya, Aga setelah dilaparoskopi mengalami penggerusan dinding lambung dan usus besarnya.. hingga mengakibatkan dari duburnya keluar darah berkepanjangan seperti itu. Hampir seminggu darah masih terus keluar dari duburnya.. dan selama itu pula kita masih dibuat was-was dengan kabar yang bisa tiba-tiba berubah. Tapi setelah seminggu, darah itu sudah gak keluar lagi. Tapi saya belum bisa tersenyum karena Aga masih tergolek gak berdaya, dia masih koma, jarum suntik infusnya sudah gak bisa dihitung lagi saking banyaknya, ventilator masih terpasang, sonde masih terpasang di hidungnya, gak ada respon apa-apa dari aga kalo saya panggil, badannya berangsur-angsur mulai kaku dan mengeras.

Selama sebulan Aga koma di ICU RS Harapan Kita. Setiap waktu saya selalu menangis di sampingnya, berbisik di telinganya "mas.. jangan tinggalin mamah ya.. gimana mama hidup tanpa mas aga" kata2x itu selalu yang saya ulang-ulang terus menerus di telinganya. Sampai akhirnya kira-kira sebulan setelah dia koma, dia mulai siuman.. ventilator sudah bisa dilepas yang menandakan bahwa jantungnya bisa bekerja tanpa alat bantu. 15 hari aga dirawat di ruang isolasi di ruang perawatan biasa. Saya dan papahnya bersyukur dengan keadaan itu. Walau saat itu kondisi Aga setelah pulih dari ruang ICU adalah lumpuh, badannya spastik (kaku) dan matanya buta.

Sampai tiba saatnya Aga bisa kita bawa pulang. Dengan semua keadaannya itu, kita berusaha merawat dia. Makan saja dia masih disonde alias lewat selang yang dimasukin ke hidungnya, badannya berat sekali dan kaku seperti papan. Bagaimana perasaan saya sebagai ibunya? Tiap malam saya menangis di sampingnya gak ada habisnya. Apalagi kalau malam-malam dia gak bisa tidur, matanya terbuka tapi badannya gak bisa bergerak sama sekali.

Hingga pada suatu hari, saya sampai pada suatu kepasrahan, dan saya menangisi dia lagi sambil berbisik di kupingnya "mas aga, kalo mas Aga kesakitan banget.. pergilah, nang.. tinggalkan mamah.. mamah gak pha2x.." Litani ini saya bisikkan terus menerus di telinganya hampir seminggu lamanya, dan tepat seminggu kemudian.. jam 22.30 dia berpulang kepada penciptanya..

Saat itu, bisa dibilang saya bersyukur dengan kepergiannya. Bukan karena saya gak ngerasa kehilangan dia, tapi lebih karena saya sadar dia lepas dari kesakitannya. Sampai saat dia dimandikan, disholatin, dikebumikan.. gak banyak air mata tumpah dari mata saya. Bahkan saya merasa bersyukur dan berterima kasih sekali pada Allah Swt yang telah menjemput Aga dari tangan saya dan papahnya. Banyak yang heran dengan sikap saya yang tegar dan minim air mata, bahkan ibu saya sendiri menyangka saya gak bener2x ngerasa kehilangan anak.


foto: malaikat kecil saya. Maaf jika ada yang merasa terganggu dengan foto ini, tapi buat saya.. dia adalah malaikat kecil saya.


Tapi tahu apa mereka? Mana tahu mereka apa yang ada di hati saya, di perasaan saya ini dan di otak saya, sakitnya hati ini, hancurnya perasaan saya ini. Dan memang setelah itu.. beberapa bulan ke depan adalah fase gila buat saya. Kadang nangis gak berhenti, kadang gembira tiba-tiba. Hingga akhirnya 6 bulan kemudian, saya hamil lagi. Saya merasa ada harapan baru, merasa ada kehidupan lagi buat saya.

Jadi seperti di note gue terdahulu, bangkit dari kegagalan.. inilah yang saya alami. Saya pernah gagal menjadi ibu, dan saya terpuruk dalam kegagalan itu. Tapi life must go on.. biarlah mas Aga hidup tenang dan damai di sana, jemputlah kami di alam sana nanti ya nang!! Tabungan buat kami, kedua orang tuanya. semoga, amieen....

Jagalah milikmu sebaik-baiknya, teman-teman... Selagi dia masih didekatmu, bisa kalian sentuh, bisa kalian rasakan. Daripada menyesal kehilangannya. Karena seperti kata pepatah siapa yang belum merasa kehilangan, tak akan bisa menghargai sesuatunya. Jangan sampai kejadian ini terjadi buat teman-teman.

Mengingat kembali mas Aga, yang bulan Maret ini genap 8 tahun meninggalkan papah-mamah.. We love you, mas..

Monday, March 22, 2010

Kenapa suka lewat jalan pintas?

foto: Inuk ketika 3 th dengan piala pertamanya, sementara saya dengan perut buncit dan muka jerawatan ketika mengandung Cembil.. hehhee..

Jalan pintas yang saya maksud bukan berarti jalan dalam arti harfiah, tapi sebuah dokumentasi memori pengalaman saya melahirkan secara sectio caesaria (SC). Yah, ketika melahirkan Inuk alias buah hati saya yang nomor 2 ini pengalaman pertama diSC saya alami. Entah kenapa dua hari nginap di RS Bersalin tidak membuat bukaan saya maju, padahal saya sudah bleeding banyak sekali selama 2 hari itu. Tapi karena saya kekeuuh ingin sekali melahirkan normal, pun dokter saya (wanita) juga mensuportnya, kita bersabar menunggu.

Hanya saja, keinginan tinggal keinginan. Ketika hari kedua akan berakhir, kondisi saya drop walau gak parah2x amat. Tekanan darah menurun, detak jantung si baby tidak terdengar kuat, dan beberapa pemeriksaan lab menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan juga. Jadi dokter Yenni memutuskan untuk segera dilakukan operasi dalam waktu setengah jam kemudian.

Segera saya disiapkan untuk operasi dadakan ini, suntik mulas untuk menguras dengan paksa isi perut saya, cukur untuk persiapan operasi, dicekoki obat maag yang gunanya saya tidak tahu untuk apa, baju operasi dipakaikan ke badan saya, dan tibalah saat ketika saya diatas tempat tidur didorong menuju ruang operasi. Jujur saja saya takut, takut karena itu adalah pengalaman pertama saya, takut kalau tiba-tiba saja di tengah operasi saya tiba-tiba merasakan kesakitan gara2x efek obat bius sudah habis, takut ada penyulit lain2xnya ketika operasi itu berlangsung.

Dengan berkomat-kamit membaca doa kepada Allah swt saya teguhkan hati saya. Tiba di ruang operasi, segera saya dipindahkan ke meja operasi. Sekitar 5 orang dokter dan suster sudah standby menunggu kedatangan saya. Berkali-kali dokter anestesi dan suster menenangkan saya, tapi tetap saja saya ketakutan. Lebih takut ketika dokter anestesi menginstruksikan saya untuk berbaring miring dan menyuntikkan obat bius ke arah tulang epidural saya. Heeggh, bentuk suntikannya itu lho yang membuat merinding duluan, dengan jarum suntik yang panjangnya tidak lazim. Tapi ternyata tidak seberapa sakit ketika disuntikkan, menurut saya sih.. walau kata beberapa teman rasanya amat sangat menggigit. Tapi yang paling membuat saya terkesiap adalah kedua tangan saya diikat di sebuah palang. Gleek!! Apa pula ini?? Mungkin jika dilihat dari atas, posisi saya seperti penyaliban.

Dokter obsgyn saya masuk paling akhir setelah saya benar2x siap dan acara SC inipun dimulai. Oh iyaa.. dari pinggang ke bawah memang saya sudah kebas tidak dapat merasakan apa2x. Diiringi lagu klasik (entah apa, saya sudah tidak peduli) dokter Yenni berkata kepada rekan sejawatnya si dokter anestesi..
obsgyn: oke, dok.. kita coba yaa?
saya : (glek.. gleeekk. kenapa harus dicoba??)
anestesi: ready, dok.. bagus khok..
obsgyn: (bersenandung).. laaa..laa..laa..
saya : (gleekkk 1000x, komat-kamit berdoa, pasrah)

Saya bisa melihat pantulan perut saya dan apa yang dikerjakan di sana dari lampu operasi di atas saya. Untunglah minus saya parah, jadi tak jelas terlihat. Coba kalau saya benar2x bisa melihat dengan jelas.. mungkin lemes juga kali yaa.. walau sebenernya penasaran juga sih..

Gak lama berselang, mungkin sekitar 15 menit kemudian.. Inukpun dikeluarkan dari perut saya, dibersihkan, menangis dengan melengking, dan tak terkira rasa haru, bahagia, syukur saya padaNya-pun tumpah ruah.

******@@@@******

foto: Cembil umur 7 hari, akekahan..



Dan pengalaman SC kembali saya alami 4 tahun kemudian, dengan dokter obsgyn yang sama. Entah kenapa Cembilpun tak kunjung lahir ketika 2 hari saya sudah mulas tiada tara. Dan lagi-lagi tindakan SC tak dapat dihindarkan. Tetap saja saya deg-degan dan takut walau sudah ada pengalaman sebelumnya.

Sekarang, ketika Inuk dan Cembil sudah semakin besar dan dalam usia bertumbuh.. semoga pengalaman mamah ini bisa membuat kalian mengerti bahwa betapa bahagianya mamah memiliki kalian. Walau mamah selalu bertanya-tanya.. kenapa sih kalian suka lewat jalan pintas? hehehe..

Tuesday, March 16, 2010

SPONTAN, PLEASE..

Hari masih belum genap subuh ketika saya merasakan hajat buang air kecil begitu kuat. Segera kaki saya langkahkan ke arah kamar mandi, dan belum sempat saya melaksanakan hajat alami saya itu, saya sudah merasakan keluarnya air dari celah-celah daerah wanita saya. Haaaahh.. apa pula iniiii??? Kontan saya panik dan segera keluar dari kamar mandi, mencari dan membangunkan ibu saya yang masih tertidur lelap.. menceritakan dengan tergesa-gesa apa yang saya alami. Tak berapa lama.. rumah ibu sayapun langsung dihiasi kehebohan khas ibu saya.

Segera taksi dipanggil, tas2x segera disiapkan. Untunglah tas ini tinggal angkut saja karena semua sudah kami persiapkan jauh hari sebelumnya. Instruksi2xpun keluar dari mulut ibu saya pada adik semata wayang saya, dan setelah taksi datang.. tanpa ba-bi-bu kami segera cabut menuju rumah sakit.

Rumah sakit bersalin ini tergolong baru ketika itu, sehingga ketika saya datang, petugaspun sigap mengamankan saya menuju ruang bersalin. Pemeriksaan menyeluruh segera mereka lakukan, dokter yang menangani kehamilan sayapun sudah dikabari. Dan ketika itu, diketahui bahwa saya baru memulai bukaan 1. Whaatt??? Tapi karena ada rembesan air ketuban yang pagi buta tadi saya alami, maka kami memutuskan untuk observasi langsung di ruang bersalin itu.

Setiap satu jam sekali suster memeriksa berapa kemajuan bukaan saya, dan hingga 3 jam pertama, cuma bertambah menjadi bukaan 2. Pheewwhh.. hingga dokter yang dihubungi oleh suster memutuskan bahwa akan diambil tindakan induksi terhadap saya (yang sudah pasrah). Induksi itu apa.. baru dijelaskan kemudian oleh suster, bahwa induksi adalah sebuah tindakan dengan cara menyuntikkan atau bisa juga melalui infus obat untuk membuat perut kita berkonstraksi alias mules kalau kata orang awam. Okee.. mari kita coba, kata saya ketika itu. Tak lupa suster mengingatkan bahwa dengan induksi maka konstraksi akan 2x lebih kuat dari konstraksi alami, hingga sakit yang akan kita alami jg lebih menggigit..

Baiklaahh, semua cara agar si baby bisa keluar akan saya coba. Dan kalau bisa, spontan saja.. please..!!! Karena ketika itu kami tidak punya asuransi kesehatan yang bisa meng-cover biaya persalinan ini. Jadi semoga saja bayi saya bermurah hati untuk tidak ngeyel keluar lewat jalan tol.. pinta hati saya, juga doa saya pada Allah swt tentunya.

Oh iyaa.. ibu saya untung tidak melupakan ayah si bayi ini, alias pak J yang ditelepon dari Surabaya supaya segera pulang saat itu juga karena istrinya akan melahirkan untuk pertama kalinya. Okeeehh.. karena saya amat sangat takut, panik, dan kesakitan.. saya bersyukur keluarga saya mensuport saya secara langsung dalam ruang persalinan itu. Entah karena RS bersalin ini masih baru sehingga dalam ruang persalinan cuma saya seorang yang melahirkan, atau karena suster2x yang ada di situ baik2x semua sehingga total 6 orang budhe, bulik plus ibu saya sendiri berdiri mengelilingi ranjang persalinan saya.

Silih berganti mereka mengelus saya, memegang tangan saya yang dengan sukses saya remas2x ketika konstraksi lebih sering terasa. Hingga ketika konstraksi sudah benar2x dalam hitungan detik saja, pecahlah air ketuban saya dan diikuti dengan keinginan kuat untuk mengejan, tapi yang dicoba ditahan oleh suster karena dokter saya belum datang. Wadoooww, please deh suuuuusss... kepalanya udah mo ngerobek saya niiihhh. Hingga saya tersengal2x mencoba menahan keinginan mengejan yang begitu kuat.

Dan syukurlaahh ketika saya sudah tidak kuat lagi, khok yaa ndilalah dokter datang tepat pada waktunya. Beliau mendekati saya dan bilang.. "yaakk.. okee, udah keliatan tuh rambutnya.. ayuuukk, siaaapp... ngejan yaa.." yaelaahh doookk, udah dari tadi kaleee...
Ya sudahlah.. pokoknya dengan 2x tarik nafas dan mengejan.. lahirlah anak pertama saya.. RICO AGARIZKI EKOPUTRO pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2000 tepat jam 17.50 waktu surabaya.. dengan sehat, selamat tanpa kurang apapun juga.. alhamdulillah..

Walau tanpa ditunggui oleh ayahnya dalam perjuangan antara hidup dan mati ini, tapi saya bersyukur segala sakit ketika konstraksi, sakit di-episiotomi (guntingan ke arah dubur untuk mencegah robek yang tidak karuan), sakit dijahit.. sirna sudah ketika melihat dan mendengar suara tangisnya pertama kali. Hingga saya sudah selesai dibenahi, sudah cantik kembali di bawa ke kamar, barulah pak J datang dari Jakarta. Ya sudahlaah paaahh.. mari kita saling mengucapkan selamat, cium dan peluk aku.. dan lihatlah anakmu sana...

foto: ultah mas Aga 1 tahun, di rumah eyang di Surabaya..

*mengingat kenangan mas Aga dengan penuh air mata.. hhmm, speechless*